Terapi Ini Disebut Bisa Bunuh Virus Penyebab Covid-19 

Rabu, 19 Mei 2021 | 20:52:26 WIB

Metroterkini.com - Sejak pandemi Covid-19 merebak, berbagai upaya mengendalikan infeksi dilakukan para ilmuwan. Baru-baru ini, peneliti Australia kembangkan terapi antivirus yang dapat membunuh viral load virus corona penyebab Covid-19. 

Para peneliti dari Griffith University Australia bersama tim dari Amerika Serikat berhasil mengembangkan terapi antivirus yang dapat membunuh viral load Covid-19 pada tikus yang terinfeksi. 

Dikutip dari ABC, Rabu (19/5/2021), efektivitas terapi ini mencapai 99,9 persen. Profesor Nigel McMillan dari Griffith University, peneliti utama tersebut menyebut bahwa terapi antivirus ini sebagai 'misi pencarian dan penghancuran'. 

Sebab, secara genetik menargetkan virus yang berpotensi mematikan. Tim ilmuwan dari Menzies Health Institute Queensland dan lembaga penelitian City of Hope di AS, telah memulai penelitian kolaboratif ini sejak April lalu. 

Dalam terapi antivirus ini, para peneliti menggunakan pendekatan virus 'generasi lanjut' menggunakan teknologi RNA yang membungkam gen untuk menyerang genom virus secara langsung, dan menghentikan penyebaran karena viral load virus kemudian dihentikan. 

"Hal itu menghancurkan genom, sehingga virus tak dapat berkembang lagi. Kami menyuntikkan nano-partikel yang akan mencari virus dan menghancurkannya," jelas Prof. Nigel. 

Lebih lanjut dia mengatakan, "Untuk pertama kalinya kami dapat mengemaskan sebagai partikel, lalu meluncurkannya melalui aliran darah untuk menyerang virus,". 

Partikel tersebut, papar Prof. Nigel, selanjutnya menuju ke paru-paru dan akan memasuki semua sel paru-paru. Namun, hanya sel paru-paru yang terkena virus yang akan dihancurkan. 

"Sel-sel normal sama sekali tidak terluka oleh terapi ini," imbuh Prof Nigel menjelaskan bagaimana terapi antivirus ini membunuh viral load virus yang menginfeksi paru-paru. 

Terapi antivirus selamatkan pasien Covid-19 Para ilmuwan ini menjelaskan bahwa dengan terapi Covid-19 ini, meski 'bukan obat', namun hasil uji coba menunjukkan pengurangan jumlah virus di paru-paru hingga 99,9 persen. Artinya, terapi antivirus tersebut hampir sama baiknya dengan terapi obat. 

"Terapi ini sangat penting misalnya untuk pasien di ICU yang vaksinnya sudah terlambat," kata Prof Nigel. Prof Nigel menambahkan bahwa antivirus tradisional seperti zanamivir dan remdesivir diketahui mampu mengurangi gejala dan membantu orang pulih lebih awal. 

"Sedangkan terapi antivirus ini, justru menghentikan replikasi virus, sehingga tubuh bisa memperbaiki dirinya sendiri dan pemulihannya akan jauh lebih cepat lagi," jelas Prof Nigel. 

Seharusnya, kata dia, pasien-pasien sekarat dapat ditiadakan atau diminimalisir akibat penyakit Covid-19, asalkan dapat ditangani lebih cepat. Sejauh ini, sudah banyak vaksin yang telah dikembangkan dan digunakan untuk melawan Covid-19, namun terapi langsung untuk melawan virus corona penyebab penyakit tersebut masih sangat terbatas. 

"Terapi ini menjadi salah satu yang pertama," ungkap Prof Nigel. 

Penggunaan terapi antivirus Selanjutnya, Prof Nigel menjelaskan bahwa penggunaan terapi antivirus ini dilakukan pada pasien Covid-19 di ICU. 

Pasien Covid-19 yang membutuhkan ventilator, umumnya menunjukkan gejala delirium. Gejala delirium Covid-19 menyebabkan hilang kesadaran, pasien umumnya datang ke IGD sambil mengigau, hilang fokus. Kebanyakan ditemukan pada pasien dewasa yang lebih tua, dengan rata-rata usia di atas 70 tahun.

Saat terapi Covid-19 ini dimulai, pasien tersebut akan menerima suntikan harian selama empat atau lima hari, sedangkan orang yang baru terpapar Covid-19, akan disuntik sekali. Kendati demikian, pengobatan ini belum dapat digunakan secara umum untuk saat ini. Sebab, pengobatan terapi antivirus tersebut baru akan tersedia pada awal tahun 2023, tergantung juga pada uji klinis fase berikutnya. 

"Virus ini tidak akan hilang. Kita akan hidup dengannya untuk selamanya," kata Prof Nigel. Sementara itu, peneliti utama Prof Kevin Morris menambahkan, terapi antivirus ini dirancang untuk mengatasi semua jenis betacoronavirus seperti virus SARS asli atau SARS-CoV-1, serta virus SARS-CoV-2 dan MERS. 

"Juga untuk setiap varian baru yang muncul di masa depan, karena terapi tersebut menargetkan wilayah yang sangat konservasi dalam genom virus," jelas Prof Kevin. 

Uji coba dari penelitian ini, kata Prof Kevin, menunjukkan bahwa nano-partikel ini stabil pada suhu 4 derajat Celsius selama 12 bulan, serta pada suhu kamar lebih dari satu bulan. Artinya, bahwa terapi antivirus Covid-19 ini hanya memerlukan sumber daya yang standar untuk mengobati pasien yang terinfeksi. 

"Nano-partikel ini dapat diskalakan dan relatif hemat biaya untuk diproduksi dalam jumlah besar," kata Prof. Kevin. "Penelitian kami didanai oleh Medical Research Futures Fund dan merupakan jenis obat RNA yang dapat diproduksi secara lokal di Australia," tambahnya. 

Hasil penelitian terapi antivirus sebagai solusi untuk menangani pandemi Covid-19 saat ini, telah dipublikasikan dalam jurnal Molecular Therapy. [**]

Terkini